Saturday, April 1, 2017

HIKMAH DARI SEBUAH PERJALAN

Tags



Angin berdesir lembut membelai wajah ini. Ku abaikan segala bentuk kebisingan dan hiruk pikuk sekitar. Sudah mulai tercium aroma kampung halaman. Meskipun jarak masih beberapa puluh mil dari bandara ini. Ku letakkan koper merah besar ini di dekat tempatku duduk di lobbi karena menunggu jam terbang yang masih cukup lama. Sudah tergambar jelas bahwa aku akan pulang. Pulang untuk memulai sesuatu yang baru. Pulang untuk kembali merajut asa yang pernah putus. Juga pulang untuk memperbaiki semuanya dan penuh syukur ketika aku sudah menyadari bahwa lari dari sesuatu yang kita tidak suka adalah perkara yang sangat naif.

Ku hela nafas panjang ini. Berharap dan terus berdoa bahwa ini adalah ketentuan Allah yang terbaik untukku sehingga dengan penuh keyakinan memilih jalan ini untuk terakhir kalinya.
Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mencari jawaban atas pertanyaan kehidupan mereka. Terkadang cara itu ada yang baik juga ada yang buruk. Ada seseorang yang mencari jawaban atas pertanyaan hidup mereka dengan jalan menjauh dari Allah. Sengaja menjauh dan tanpa sadar ternyata ia sudah sangat jauh dan enggan untuk merangkak kembali menujuNya. Entah karena ia sudah cukup lelah atau sudah terlanjur merasa bahwa hidupnya sudah cukup membawanya kepada jawaban yang bukan ia inginkan atas pertanyaan-pertanyaan hidupnya. Namun, ada juga seseorang yang mencari jawaban itu dengan cara mendekat kepadaNya. Meskipun dengan tertatih, bahkan terjatuh dan terjatuh lagi ia terus berusaha menujuNya. Dengan besar harapan bahwa Allah lah yang akan menjawab semua pertanyaan dalam hidupnya. Lantas, bagaimana dengan aku?

Aku? Siapa aku? Itu merupakan salah satu pertanyaan yang ada dalam hidupku. Aku memulai perjalanan ini 1 tahun silam. Saat itu, setelah studiku selesai, ketika tinggal menunggu waktu pelaksanaan wisuda, aku sudah memilih jalan ini untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Aku memutuskan untuk berhijrah. Pergi meninggalkan kampung halaman. Pergi untuk mencari sesuatu yang sulit sekali aku temukan selama 21 tahun dalam hidupku. Saat itu aku bertanya kepada Allah, kemudian dengan cepat Allah memberikan jawaban melalui surat annisa ayat 100 “Dan barang siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Dan barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan rasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

Dengan penuh keyakinan aku melakukan perjalanan itu seorang diri. Tanpa ada seseorang yang aku kenal juga tanpa keraguan sedikitpun. Tentu, atas ridho ibu, aku melangkahkan kaki ini dengan tenang. Berharap dan terus berharap pertolongan Allah akan selalu dekat.

Pertama kali aku menginjakkan kaki di sebuah pesantren modern muslimah di salah satu kota Bogor, sedikit tertarik untuk memulai semuanya disana. Melamar pekerjaan sebagai seorang guru. Beberpa tahap seleksi sudah terlewati dengan baik. Alhamdulillah hasil itu pun tiba, tepat saat aku kembali ke kampung halaman untuk mengikuti prosesi wisuda di almamaterku. Saat itu pula email itu masuk di layar handphone ku. Alhamdulillah, aku diterima. Tapi, entah mengapa hati ini tidak ada rasa untuk kembali kesana. Entah pula rasa apa ini. Beberapa hari aku meminta petunjuk kepada Allah, agar Ia senantiasa memberikan jawaban atas semua ini. Pada akhirnya, dengan penuh keyakinan aku tidak mengambil kesempatan itu dan memilih untuk berdiam selama kurang lebih 17 hari. Selama kurun waktu itu, kembali Allah mengajak dan mengingatkan ku untuk berhijrah.

Kedua kalinya, aku kembali ke kota Bogor. Tapi tidak untuk kembali ke Pesantren itu. Aku kesana karena memenuhi panggilan seseorang. Beliau adalah sosok bunda yang aku kenal. Sosok hebat nan luar biasa. Kiprahnya di dunia organisasi dan kependidikan cukup baik. Aku belajar banyak dari beliau. Saat itu pula, aku berkesempatan untuk berbagi ilmumu kepada anak didik bunda. Salah satu sekolah internasional di Kota Bogor. Tapi, di tengah perjalanan, sepertinya aku merasa tidak nyaman. Entah lagi-lagi perasaan apa itu. Aku tidak tau. Dengan keyakinan, aku meminta restu dan ridho ibuku untuk melanjutkan perjalanan ini. Ibu tidak pernah merasa keberatan selama itu baik atas segala keputusanku. Setidaknya, disini aku sudah belajar banyak hal. Bertemu dengan orang-orang hebat dari latar belakang yang berbeda. Akhirnya, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ini.

Ketiga kalinya, rasa penasaran dengan berbagai hal telah mengantarkan aku kemana pun aku pergi. Bertemu dengan banyak orang, mencoba banyak sekali hal baru. Tentu, itu adalah salah satu jawaban dari pertanyaan hidupku yang sudah terjawab. Saat itu, aku mencoba bekerja di salah satu perusahaan besar di Kota Surabaya. Posisiku cukup baik disana. Dengan segala dedikasi dan etos kerja yang maksimal. Aku belajar semua hal baru yang tak pernah aku temui sebelumnya. Bertemu dengan orang asing dan latar belakang negara ataupun kebudayaan yang berbeda tentu menjadi hal yang sangat menarik bagiku. Tapi, satu hal yang membuatku tidak bertahan lama disana. Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri. Dalam kebahagiaanku, penuh sekali rasa rinduku kepada Allah. Aku rasa sangat tidak adil kalau aku tetap berada disini. Maka, lagi-lagi atas restu dari ibu, aku pamit untuk melanjutkan perjalanan ini. Perjalanan yang aku anggap sebagai kelas belajar bersama guru terbaik. Sungguh, sudah berapa banyak pelajaran yang aku terima selama disini. Mulai dari belajar mengikhlaskan “laptop” yang hilang, hingga belajar untuk mengerti dan memahami bahwa sejatinya, kehidupan ini tak hanya untuk ini dan itu. Jauh lebih besar dari itu semua. Bahkan, apa yang ada saat ini, yang kita miliki sekarang tak ubahnya 1 helai bunga ilalang yang bertebaran karena tiupan angin. Sangat kecil, kecil sekali. Sungguh, perjalanan ini membuatku dapat tersenyum dengan mudahnya. Terkagum dengan skenario Allah. Dengan campur tangan Allah yang Maha bijaksana. Maha benar, akal kita tak akan sampai kepada hal tersebut.

Keempat kalinya, dan mungkin ini yang terakhir, aku terus berjalan melanjutkan pencarian itu. Sampai pada suatu titik, aku bisa berada di sini. Di kota ini. Kota terakhir yang aku singgahi. Sebuah kota yang teramat padat dengan segala keberagaman didalamnya. Kaum borjuis, proletar, kontras sekali disini. Jakarta, di kota ini terakhir kali aku berdiam diri. Mencari jawaban itu sampai aku menemukannya. Begitu terasa sampai detik ini, ketika Allah mempermudah jalan hidupku. Seolah alam yang membawa aku berkelana kesana kemari. Allah tunjukan secara langsung, beginilah potret kehidupan yang pernah ku bayangkan dalam sketsa lukisan. Inilah the real life yang harus aku tau. Maha Besar Allah atas segala apa yang Ia miliki. Sungguh, aku begitu kerdil.

Cukup bertahan lama aku disini, sepertinya aku sudah mulai menemukan satu per satu jawaban yang selama ini aku cari. Allah sendiri yang menjadi guru dalam kelas belajar nyataku. Sungguh, seribu lembar tulisan tak akan mampu menuliskan betapa Allah sangat sayang kepadaku. Betapa karunianya sangat jelas ku rasakan selama aku melakukan perjalanan ini. Hikmah yang begitu luarbiasa, hingga merubah segala hal dalam hidupku juga caraku melihat dari sudut pandang yang tak seperti biasanya.
Ya Rabb, aku sangat mencintaiMu ....

Salam Santun,
Venus**

3 comments

jorney, ketika seseorang yang berani keluar dari zona nyamanya dan berani melawan arus, kerennn nih tuisanya, izin share ya kak

sekedar sharing ya bro @andrejulio...
kalau tulisannya masih banyak kurangnya.
thanka for visiting hihi

Huff...

Bingung deh mau komentar apa.

Cinta yang sangat nyata, tapi lebih sering terlupa.

Hiks...hiks...


EmoticonEmoticon