Saturday, October 15, 2016

A Story of Kuliah Kerja Nyata (KKN)



Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2016 telah tiba. Saat ini, bersama teman-teman yang baru saya kenal, kami memulai semuanya dengan penuh antusis. Kami ditempatkan di pekon/desa Tulungagung Kab. Pringsewu, Lampung. Persiapan sebelum keberangkatan hingga sampai di tempat tujuan kami kerjakan bersama. Dika, Rendi, Omen, Wildan, Sita, Anggun, Uji, Tiara, Ima, Eni, Ika dan saya. Meskipun kami baru saling mengenal, tapi rasa kekeluargaan dan saling peduli diantara kami sudah cukup untuk kategori akrab. Alhamdulillah…

Hari pertama diawali dengan agenda ceremonial, serah terima di kantor kabupaten bersama bupati Pringsewu, kemudian berlanjut dengan agenda serah terima kepada kepala pekon oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) masing-masing kelompok. Kami menempati sebuah rumah kosong milik alm. Bapak Yeni, salah satu warga pekon Tulungagung, dusun Solokarto. Alhamdulillah, masyarakat disini menerima kami dengan hangat. Dari mulai jajaran Pekon hingga seluruh warga pekon. Posko (Rumah Singgah) kami bertetangga dengan salah satu warga. Beliau adalah Bapak Sugeng dan Ibu Ros. Beliau orang yang sangat baik. Dengan senang hati menerima dan membantu segala keperluan kami disini. Dari mulai pertama kali kami datang untuk pra-survei hingga saat ini kami tinggal di dusun ini. Alhamdulillah, Allah mempertemukan kami dengan orang-orang yang baik.

Hari-hari berikutnya kami isi dengan agenda silaturahmi. Termasuk silaturahmi ke seluruh jajaran pekon Tulungagung, sekolah-sekolah terdekat, TPA, LSM, Jamaah Yasin ibu-ibu dan bapak-bapak hingga ke Posyandu. Alhamdulillah, sekali lagi, rasa syukur senantiasa kami ucapkan karena mereka semua menyambut kami dengan begitu hangat. Tiada kata lain selain mengucap syukur atas jalan yang Allah berikan kepada kami. Pernah suatu sore, aku dan beberapa kawan pergi ke masjid yang letaknya di belakang posko kami untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Disana kami bertemu dengan beberapa ibu-ibu yang sedang berjamaah di masjid. Begitu hangat mereka menyapa kami. Entahlah kami juga terkadang bingung kenapa bisa seperti ini. Mereka selalu menganggap kami selalu bisa dalam segala hal. Termasuk dalam hal pemahaman agama, secara background pendidikan kami adalah Agama Islam, mungkin karena itulah mereka mengganggap kami serba bisa dalam segala hal. Meskipun pada faktanya, kami belum bisa banyak hal seperti apa yang mereka fikirkan tentang kami, karena kami pun sejujurnya juga masih dalam proses belajar.

Di tempat ini, kami belajar bermasyarakat. Belajar bagaimana terjun langsung ke masyarakat, belajar memahami kehidupan mereka dan belajar yang lainnya. Tentunya, hal ini akan memberikan kami pengalaman yang sangat berharga. Dimana kita harus senantiasa down to earth, dan tidak menganggap diri ini paling benar dengan status “mahasiswa” yang disandang.
Ada banyak hal baru yang kami temui disini, salah satunya ketika kami membuka pendampingan belajar atau istilah lain bimbel. Kami disini membuka lebar-lebar pintu rumah kami untuk mereka terlebih siswa-siswi dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA bahkan umum. Hari pertama ketika kami tiba disini, kami sangat kaget dengan antusiasme warga juga anak-anak yang tiba-tiba datang ke rumah kami. Padahal, keberadaan kami disini belum ada 1x24 jam. Sore itu, anak-anak dengan penuh semangat mendatangi posko kami dan meminta untuk diajarkan ini dan itu. It’s so surprised! Bahagia sekali kala itu disaat melihat semangat mereka, bahkan kita belum sempat untuk sosialisasi tentang keberadaan kita di Pekon ini kepada masyarakat. Yang lebih membuat kami merasa bahagia ketika salah satu peserta didik kami adalah siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) dengan cacat tuna wicara. Namanya Asih, siswa yang duduk di kelas VI SD itu memang memiliki keterbelakangan dibandingkan dengan kawan-kawan seusianya, namun ia adalah anak yang hebat. Dengan semangatnya, dia rajin mengikuti bimbingan belajar bersama kami disini, tak hanya itu ia juga seorang atlet OSN cabang lari yang sudah memenangkan perlombaan diberbagai event perlombaan. Kami bangga dengan Asih, dengan segala kekurangan yang dia miliki, tidak menyurutkan sedikitpun semangatnya untuk terus berprestasi.

Berkaca dari kehidupan Asih, apakah kita yang Allah karuniakan nikmat begitu luar biasa malah terlena dengan kemalasan dan sikap takabur? Astagfirullah… semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari akhlak tercela dan selalu berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain. Aamiin.

See you on the next stories,

Gading Rejo, 05 Maret 2016


Venus**


EmoticonEmoticon