Kuliah Kerja Nyata
(KKN) 2016 telah tiba. Saat ini, bersama teman-teman yang baru saya kenal, kami
memulai semuanya dengan penuh antusis. Kami ditempatkan di pekon/desa
Tulungagung Kab. Pringsewu, Lampung. Persiapan sebelum keberangkatan hingga
sampai di tempat tujuan kami kerjakan bersama. Dika, Rendi, Omen, Wildan, Sita,
Anggun, Uji, Tiara, Ima, Eni, Ika dan saya. Meskipun kami baru saling mengenal,
tapi rasa kekeluargaan dan saling peduli diantara kami sudah cukup untuk
kategori akrab. Alhamdulillah…
Hari pertama
diawali dengan agenda ceremonial, serah terima di kantor kabupaten bersama
bupati Pringsewu, kemudian berlanjut dengan agenda serah terima kepada kepala
pekon oleh DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) masing-masing kelompok. Kami
menempati sebuah rumah kosong milik alm. Bapak Yeni, salah satu warga pekon
Tulungagung, dusun Solokarto. Alhamdulillah, masyarakat disini menerima kami
dengan hangat. Dari mulai jajaran Pekon hingga seluruh warga pekon. Posko
(Rumah Singgah) kami bertetangga dengan salah satu warga. Beliau adalah Bapak
Sugeng dan Ibu Ros. Beliau orang yang sangat baik. Dengan senang hati menerima
dan membantu segala keperluan kami disini. Dari mulai pertama kali kami datang
untuk pra-survei hingga saat ini kami tinggal di dusun ini. Alhamdulillah,
Allah mempertemukan kami dengan orang-orang yang baik.
Hari-hari
berikutnya kami isi dengan agenda silaturahmi. Termasuk silaturahmi ke seluruh
jajaran pekon Tulungagung, sekolah-sekolah terdekat, TPA, LSM, Jamaah Yasin
ibu-ibu dan bapak-bapak hingga ke Posyandu. Alhamdulillah, sekali lagi, rasa
syukur senantiasa kami ucapkan karena mereka semua menyambut kami dengan begitu
hangat. Tiada kata lain selain mengucap syukur atas jalan yang Allah berikan
kepada kami. Pernah suatu sore, aku dan beberapa kawan pergi ke masjid yang
letaknya di belakang posko kami untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah.
Disana kami bertemu dengan beberapa ibu-ibu yang sedang berjamaah di masjid.
Begitu hangat mereka menyapa kami. Entahlah kami juga terkadang bingung kenapa bisa
seperti ini. Mereka selalu menganggap kami selalu bisa dalam segala hal.
Termasuk dalam hal pemahaman agama, secara background pendidikan kami adalah
Agama Islam, mungkin karena itulah mereka mengganggap kami serba bisa dalam
segala hal. Meskipun pada faktanya, kami belum bisa banyak hal seperti apa yang
mereka fikirkan tentang kami, karena kami pun sejujurnya juga masih dalam
proses belajar.
Di tempat ini,
kami belajar bermasyarakat. Belajar bagaimana terjun langsung ke masyarakat,
belajar memahami kehidupan mereka dan belajar yang lainnya. Tentunya, hal ini
akan memberikan kami pengalaman yang sangat berharga. Dimana kita harus
senantiasa down to earth, dan tidak menganggap diri ini paling benar dengan
status “mahasiswa” yang disandang.
Ada banyak hal
baru yang kami temui disini, salah satunya ketika kami membuka pendampingan
belajar atau istilah lain bimbel. Kami disini membuka lebar-lebar pintu rumah
kami untuk mereka terlebih siswa-siswi dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA
bahkan umum. Hari pertama ketika kami tiba disini, kami sangat kaget dengan
antusiasme warga juga anak-anak yang tiba-tiba datang ke rumah kami. Padahal,
keberadaan kami disini belum ada 1x24 jam. Sore itu, anak-anak dengan penuh
semangat mendatangi posko kami dan meminta untuk diajarkan ini dan itu. It’s so
surprised! Bahagia sekali kala itu disaat melihat semangat mereka, bahkan kita
belum sempat untuk sosialisasi tentang keberadaan kita di Pekon ini kepada
masyarakat. Yang lebih membuat kami merasa bahagia ketika salah satu peserta
didik kami adalah siswa SLB (Sekolah Luar Biasa) dengan cacat tuna wicara.
Namanya Asih, siswa yang duduk di kelas VI SD itu memang memiliki
keterbelakangan dibandingkan dengan kawan-kawan seusianya, namun ia adalah anak
yang hebat. Dengan semangatnya, dia rajin mengikuti bimbingan belajar bersama
kami disini, tak hanya itu ia juga seorang atlet OSN cabang lari yang sudah
memenangkan perlombaan diberbagai event perlombaan. Kami bangga dengan Asih,
dengan segala kekurangan yang dia miliki, tidak menyurutkan sedikitpun
semangatnya untuk terus berprestasi.
Berkaca dari kehidupan Asih, apakah kita
yang Allah karuniakan nikmat begitu luar biasa malah terlena dengan kemalasan
dan sikap takabur? Astagfirullah… semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari akhlak
tercela dan selalu berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain. Aamiin.
See you on the
next stories,
Gading Rejo, 05
Maret 2016
Venus**
EmoticonEmoticon